Jadilah Orang yang Alim, dan Jangan Menjadi ....

Agama  
Ustzh. Hj. Ruwaitoh
Ustzh. Hj. Ruwaitoh

“Jadilah Orang yang Alim, dan Jangan Menjadi .”

DEPOK—Umat Islam didorong harus menjadi umat yang cerdas dan pandai. Karena, dengan kepandaian dan kecerdasan akan membuat umat makin maju. Itulah materi umum yang disampaikan Ustzh Hj. Ruwaitoh, muballighah asal Parung Bingung, Depok, saat memberikan tausiyah pada acara pengajian rutin yang diselenggarakan Muslimat NU Pancoran Mas, Depok, di Musholla An-Najah, Rangkapan Jaya Baru, Sabtu (27/5).

Ustzh. Hj. Ruwaitoh menyampaikan salah satu hadis Nabi Muhammad Shallallahu “alayhi Wa sallam (SAW) yang berbunyi: “Kun ‘aliman, aw muta’alliman, aw mustami’an, aw muhibban; Wa la takun khamisan!” Yang artinya: “Jadilah orang yang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mendengarkan (orang alim yang menjelaskan ilmunya), atau orang yang mencintai (ilmu); Janganlah menjadi orang kelima!

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Orang yang kelima itu, kata Ustzh Ruwaitoh adalah orang yang benci mendengar pengajian atau tausiyah. Istilah lainnya adalah ghadhiban (pembangkang/pemarah).

Yang pertama, kata Ustzh. Ruwaitoh, kun ‘aliman, maksudnya adalah agar orang muslim itu menjadi orang yang berilmu. Orang berilmu, itu kata dia, adalah orang yang mengetahui dan memahami secara mendalam subjek keilmuan tertentu. “Alim itu tidak selalu harus menguasai ilmu agama, tetapi alim (orang berilmu) bisa disamakan dengan istilah intelektual,” ungkapnya.

Dengan demikian, jelasnya, seorang alim atau intelektual berarti orang yang menguasai ilmu pada area tertentu. Karena pemahaman dan kemampuannya itu, dia secara moral dan profesional berhak, bahkan dalam beberapa hal, wajib untuk mendidik dan menjabarkan ilmunya kepada khalayak.

Kemudian yang kedua, adalah muta’alliman (jadilah penuntut ilmu, pelajar, santri). “Bila kita tidak mampu menjadi orang yang alim, maka hendaklah menjadi penuntut ilmu, santri, pelajar, dan terus belajar,” kata dia.

Baca Juga:

Mbah Hasyim Asy'ari Menegur Menantunya yang Pakar Ilmu Falak

Keutamaan Khotmil Qur'an

Inikah Alasan Kenapa Allah Menamakan Dirinya dengan Allah?


Ia mencontohkan, menuntut ilmu sebagaimana disabdakan Rasul SAW merupakan kewajiban setiap pribadi muslim dan harus terus dilakukan sejak lahir hingga akhir hayatnya. “Jadi jangan merasa sudah tua, lalu enggan belajar. Kita semua harus terus belajar, belajar, dan belajar,” ajaknya.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Official Media Yayasan Rumah Berkah Nusantara, part of Republika Network. email: [email protected], Silakan kirimkan inf

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image