Hikmah

Gadis Cantik dari Bani An-Nakha

Gadis Bani An-Nakha'

Alkisah... di Kufah ada seorang pemuda tampan serta sangat rajin beribadah. Wajahnya selalu penuh dengan linangan air mata karena begitu takutnya dengan Allah, sekaligus begitu gembiranya atas segala karunia Allah.

Suatu hari, karena ada suatu keperluan, pemuda tersebut berkunjung ke kampung Bani An-Nakha'. Lisannya tidak pernah berhenti dari zikir, selalu mengagungkan nama Allah. Derap langkahnya bijaksana. Setiap bertemu orang, ia sapa dengan ramah.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Di saat sedang berjalan, pemuda itu bertemu dengan seorang wanita dengan kecantikan seindah bidadari surga. Jilbab yang lebar, wajah yang menawan dengan derap langkah yang mempesona. Sungguh, menjadi pesona tiap pemuda yang merindukan istri yang saleh.

Di saat mata mereka saling menatap, ada sebuah gejolak rasa yang aneh melintas di dalam dada. Perasaan aneh yang semakin bergelora, semakin lama semakin menyiksa, dan akhirnya berpuncak pada suatu kesadaran kepada keduanya. Astagfirullah! Rupanya, setan sudah mulai menancapkan godaan sesatnya, keduanya menunduk, mengalihkan pandangan demi menjaga kemuliaan.

Malamnya sungguh menjadi malam yang sangat menyiksa bagi sang pemuda. Entah kenapa salat malamnya menjadi terganggu. Setiap ia mengangkat takbir, bayangan wanita tersebut kembali muncul, merasuki pikirannya, menghantui jiwanya. Air mata pemuda semakin deras, ketika ia kehilangan kekhusukan salatnya. Setelah sekian lama perasaannya berkecamuk, mencoba melawan bayangan si wanita, pemuda itu jatuh, tersungkur, dan akhirnya pingsan dengan lelehan air mata yang terus mengalir.

Sementara, di tempat yang berlainan, sapu tangan si wanita hasah kuyup akihat menahan air matanya. la tidak bisa menahan kerinduan yang berkecamuk di dalam dada. Setiap cerita dan pendapat dari orang-orang yang mengenal tentang kesalehan dan kemuliaan akhlak sang pemuda sudah membuatnya cukup untuk merasakan cinta. Apalagi, ketampanan pemuda yang bisa dikategorikan Nabi Yusuf zaman sekarang semakin membuatnya menggila. Rasa rindu semakin menyiksanya.

Di saat batin sudah menjerit, hati tidak bisa menahan, dan kerinduan tidak terbantahkan, berangkatlah sang pemuda untuk menemui sang ayah wanita yang menarik hatinya. la hendak melamar untuk memuliakan wanita, dan untuk menjaga pandangannya serta menyempurnakan separuh agamanya.

Namun, jawaban sang ayah wanita, seperti guntur yang menggelora, siap mencabik siapa saja yang dekat dengannya. Apalah daya, si wanita telah dijodohkan dengan sepupunya. Pemuda pulang dengan tangan hampa. Hanya iman di dalam dada yang bisa membuatnya sekuat baja. Meskipun tangan seakan menggenggam bara, baginya, cobaan adalah bentuk dari kasih sayang-Nya.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Official Media Yayasan Rumah Berkah Nusantara, part of Republika Network. email: [email protected], Silakan kirimkan info