Al Quran

Jalan Panjang Penulisan dan Pembukuan Al-Quran

Jalan Panjang Pembukuan Al-Quran

Oleh Syahruddin El-Fikri

Bersamaan dengan diangkatnya Muhammad bin Abdullah sebagai nabi dan rasul akhir zaman, Allah SWT menurunkan Al-Quran ke dunia melalui perantara malaikat Jibril. Untuk kali pertama dan seterusnya, Nabi Muhammad SAW menerima Al-Quran sebagai kumpulan wahyu-wahyu Allah SWT pada bulan Ramadhan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sebagai seorang rasul, Muhammad SAW tidak hanya sekadar menerima wahyu yang disampaikan melalui perantara malaikat Jibril, dirinya juga berkewajiban untuk menyampaikan wahyu tersebut kepada para pengikutnya. Dari sinilah, kemudian muncul pemikiran untuk menuliskan (pencatatan dalam bentuk teks) wahyu Allah SWT yang sudah diterima Nabi Muhammad SAW.

Pada tahap awal, Al-Quran ditulis di atas pelepah kurma, kulit binatang, potongan tulang, dan batu. Untuk menuliskannya, Rasulullah SAW telah mengangkat para penulis wahyu dari sahabat-sahabat terkemuka, seperti Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sufyan, Ubai bin Ka'ab, dan Zaid bin Tsabit. Setiap ada ayat turun, beliau memerintahkan mereka untuk menulisnya dan menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surah sehingga penulisan pada lembar itu membantu penghafalan di dalam hati. Zaid bin Tsabit berkata, ''Kami menyusun Al-Quran di hadapan Rasulullah pada kulit binatang.''

Di samping itu, sebagian sahabat juga menuliskan Al-Quran itu atas kemauan mereka sendiri, tanpa diperintah oleh Rasulullah SAW. Para sahabat ini menuliskan juz dan surat yang mereka hafal langsung dari Rasulullah SAW. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Zaid bin Tsabit adalah orang yang terakhir kali membacakan Al-Quran di hadapan Nabi.

Meski upaya menuliskan Al-Quran sudah dilakukan sejak masa Rasulullah SAW, tulisan-tulisan tersebut belum terhimpun dalam satu mushaf. Tulisan Al-Quran yang ada pada seseorang belum tentu dimiliki orang lain. Sebab, Rasulullah SAW masih menanti turunnya wahyu dari waktu ke waktu.

Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tidak sekaligus, melainkan secara bertahap. Kendati demikian, semuanya ditulis teratur seperti yang Allah wahyukan. Dalam suatu riwayat, Az-Zarkasyi berkata, ''Al-Quran tidak dituliskan dalam satu mushaf pada zaman Nabi agar ia tidak berubah pada setiap waktu. Oleh sebab itu, penulisannya dilakukan kemudian sesudah semuanya lengkap.''

Baca Juga: Lailatul Qadar 2023 Jatuh Pada Malam ke-25?

Sepeninggal Rasulullah SAW, barulah upaya untuk mengumpulkan tulisan-tulisan yang berisikan ayat-ayat Al-Quran mulai dilakukan. Hal ini terjadi pertama kalinya pada masa Khalifah Abu Bakar atas usulan Umar bin Khattab. Dalam sejumlah riwayat, disebutkan bahwa pada awal kepemimpinannya, Abu Bakar dihadapkan pada peristiwa-peristiwa besar yang berkenaan dengan kemurtadan sebagian orang Arab.

Berita Terkait:

Keutamaan Membaca Al-Quran

Tanda-Tanda Waqaf dalam Al-Quran

Keutamaan Khotmil Quran

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Official Media Yayasan Rumah Berkah Nusantara, part of Republika Network. email: [email protected], Silakan kirimkan info