Amalan Istimewa di Bulan Dzulhijjah
Amalan Utama di Bulan Dzulhijah
SAJADA.ID--Sahabat yang dirahmati Allah SWT. Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu dari empat bulan mulia (haram). Hal ini termaktub dalam Al-Quran surat At Taubah ayat 36. Umat Islam sangat dianjurkan memperbanyak ibadah atau amalan pada sepanjang bulan haji ini.
Sebagaimana dikutip dari NU Online, yang ditulis oleh Shofi Mustajibullah, Alumni Az-Zahir Al Falah Ploso, Mahasiswa Pesantren Kampus Ainul Yaqin Malang, ada banyak amalan yang bisa dilakukan pada bulan Dzulhijjah. Dan pada bulan haji ini pula terdapat beberapa amalan tertentu (khusus) yang keutamaannya hanya bisa didapatkan pada bulan Dzulhijjah.
Imam Ar-Razi, pengarang kitab Tafsir Mafatihul Ghaib, berkomentar perihal keutamaan empat bulan yang tercantum dalam ayat 36 surat At-Taubat. Menurutnya, yang dimaksud Haram adalah apabila melakukan maksiat akan mendapatkan siksaan yang lebih berat, jika melakukan ketaatan saat bulan haram maka akan mendapatkan banyak pahala.
Ia juga mengilustrasikan bahwa perbedaan antara keempat bulan mulia dengan bulan lainnya bukan yang bertentangan dengan syariat. Beliau memberikan beberapa contoh, seperti hari Arafah menjadi berbeda dengan hari-hari lainnya lantaran terdapat beberapa ibadah khusus. (Fakhruddin Ar-Razi, Mafatihul Ghaib,[Mesir, Al-Mathba'ah Al-Islamiyah: 1872] Juz 4, halaman 432).
Berdasar pada penjelasan sebelumnya, bulan Dzulhijjah yang termasuk dari empat bulan mulia, sangat dianjurkan untuk menghidupkan ibadah-ibadah tertentu pada bulan tersebut. Berikut sejumlah ibadah yang sangat mulia dilaksanakan pada bulan Dzulhijjah beserta dalilnya:
1. Berpuasa pada 10 hari pertama
Pada kurun sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah, seorang Muslim disunnahkan untuk melaksanakan ibadah puasa secara terus menerus, seperti yang tercantum pada hadits riwayat Imam Bukhari:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِىِّ أَنَّهُ قَالَ: مَا الْعَمَلُ فِى أَيَّامِ الْعَشْرِ أَفْضَلَ مِنَ الْعَمَلِ فِى هَذِهِ قَالُوا وَلاَ الْجِهَادُ قَالَ وَلاَ الْجِهَادُ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَىْءٍ
Artinya: “Dari Ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada amal ibadah yang lebih utama selain yang dikerjakan pada sepuluh hari ini (maksudnya sepuluh hari pertama dari bulan Dzulhijjah)”. Para sahabat bertanya: “Apakah sekalipun jihad di jalan Allah?”. Rasulullah saw menjawab: “Sekalipun dari jihad. Kecuali seseorang yang keluar untuk berjihad dengan diri dan hartanya, lalu tidak ada sedikitpun yang pulang dari padanya” (HR. Bukhari).
Dalam kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan, para fuqaha (ahli fiqih) menjadikan hadits ini sebagai dalil disunnahkannya berpuasa pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, dikarenakan kelaziman dalam melaksanakan puasa sebagai suatu amal. (Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari, [Mesir, Al-Mathba'ah Al-Islamiyah: 1872] Juz 2, halaman 480).
2. Menghidupkan malam 10 hari pertama
عن قتادة، عن ابن المسيب، عن أبي هريرة عن النبي ﷺ قال: ما من أيام أحب إلى الله أن يتعبد له فيها من عشر ذي الحجة، يعدل صيام كل يوم منها ، وقيام كل ليلة منها بقيام ليلة القدر
Artinya: “Dari Qatadah, dari Ibnu Al-Musayyib, dari Abi Hurairah dari Nabi Muhammad saw bersabda: Sepuluh hari pertama dalam Dzulhijjah merupakan hari yang sangat disenangi oleh Allah, karenanya beribadahlah pada-Nya, dirikanlah puasa dan hidupkanlah malam seperti menghidupi Lailatul Qadar.” (HR. Imam Tirmidzi).
Selain berpuasa pada sepuluh hari pertama, pun dianjurkan menghidupi malam setiap harinya.