Inilah 10 Penyakit Lisan yang Bisa Mengantarkan ke Neraka
Inilah 10 Penyakit Lisan yang Bisa Mengantarkan ke Neraka
Oleh Syahruddin El-Fikri
Sahabat Rumah Berkah yang dirahmati Allah.
Lidah memang tidak bertulang, tapi tajamnya kadang melebihi pedang. Begitulah kata pepatah yang menggambarkan betapa sadisnya lidah (lisan). Karena ucapan yang keluar darinya, sehingga bisa menyebabkan kecelakaan yang teramat besar. Bahkan, di Hari Kiamat nanti, pelakunya diancam dengan hukuman di Neraka. Na’udzu billaah.
Lisan dapat membuat fitnah. Bahkan antara satu orang dengan orang lainnya akan bertengkar karena salah dalam persepsi. Dan gara-gara lidah pula, maka dapat menimbulkan pertumpahan darah. Bahkan hanya untuk satu orang, tetapi bisa menyebabkan kerusakan atau pertikaian antara satu negara dengan negara lainnya.
Karena itu, Al-Quran bahkan menggambarkan bahwa lidah yang menyebabkan timbulnya fitnah, dikatakan lebih berbahaya dibandingkan pembunuhan. “Al Fitnatu, asyaddu minal qatli” (fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan). Membunuh yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang, belum seberapa bahayanya dibandingkan kecerobohan lidah.
Karena itu, Al-Quran seringkali mengingatkan akan bahayanya lisan. Dalam berbagai hadis, Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa sallam (SAW) juga banyak mengingatkan agar manusia menjaga lidahnya. “Salamatul Insan, fii hifzhil lisaan.” (Keselamatan seorang manusia adalah bagaimana dirinya mampu menjaga lisan (lidahnya)).
Berikut ini setidaknya ada 10 penyakit lisan (Aafaatul Lisaan) sebagai disebutkan oleh Abdullah bin Raadhy al-Ma’idi Al-Syamry dalam situs www.saaid.net. Ia menyebutkan 10 penyakit lisan yang harus diwaspadai umat manusia. Berikut ke-10 penyakit lisan tersebut.
Baca Juga:
Mbah Hasyim Asy'ari Menegur Menantunya yang Pakar Ilmu Falak
Inikah Alasan Kenapa Allah Menamakan Dirinya dengan Allah?
Lanjut....
Halaman 2 / 3
Penyakit keenam, memberikan kesaksian palsu. Ia tidak mau menyatakan sesuatu dengan sebenarnya sehingga ia berbohong atau bersaksi palsu.
Penyakit ketujuh, adalah memfitnah, yaitu perkataan bohong yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang. Ke mana-mana ia menceritakan dan menjelek-jelekkan orang lain, padahal keburukan dirinya lebih banyak dari orang yang diceritakannya.
Penyakit kedelapan adalah bersumpah selain Allah, seperti bersumpah dengan nama ayah, bersumpah dengan amanah dan lain-lain.
Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah maka dia telah kafir atau berbuat syirik.” (HR. Abu Daud no. 2829, At-Tirmizi no. 1535).
Penyakit kesembilan adalah mencaci-maki, menghina dan mengolok-olok orang beriman.
Al-Quran mengingatkan: “Janganlah suatu kaum mencaci maki (mengolok-olok) kaum yang lain, karena bisa jadi kaum yang mereka caci maki (olok-olok) itu, lebih baik daripada yang mencaci-maki (mengolok-olok) ” (QS. Al-Hujurat: 11).
Dan penyakit yang kesepuluh dari lisan yang tidak terkontrol adalah melaknat atau mengutuk orang lain tanpa dasar ilmu.
Tsabit bin Adh-Dhahhak radhiallahu ’anhu berkata, “Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa Sallam bersabda: ‘Siapa yang melaknat seorang Mukmin maka ia seperti membunuhnya.” (HR. Bukhari). (RB).
Baca Juga:
Mbah Hasyim Asy'ari Menegur Menantunya yang Pakar Ilmu Falak
Inikah Alasan Kenapa Allah Menamakan Dirinya dengan Allah?
Halaman 3 / 3
Pertama: PERKATAAN SYIRIK KEPADA ALLAH.
Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah engkau menjadikan si fulan sebagai sekutu bagi Allah) dalam ucapan-ucapan tersebut. Semua ucapan ini adalah perbuatan SYIRIK.” (HR. Ibnu Abi Hatim).
Al-Hafidz Ibnu Rajab mengatakan: “Sesungguhnya maksiatnya perkataan (lisan) termasuk di dalamnya adalah syirik.” Syirik itu merupakan dosa yang paling besar di sisi Allah ‘Azza Wajalla dan tidak akan diampuninya. Selain itu, yang bisa dikategorikan sebagai syirik itu adalah mengucapkan perkataan atas nama Allah tanpa dasar ilmu.
Kedua, mengucapkan perkataan terhadap Allah tanpa didasari oleh ilmu.
Menurut Ibnul Qayyim Rahimahullah, mengucapkan perkataan terhadap Allah tanpa dasar ilmu bisa menjadi sebab jatuhnya seseorang dalam kesyirikan.
Berikut ini beberapa perkara yang termasuk dalam perkataan terhadap Allah tanpa dasar ilmu, yaitu: (1) membantah nash-nash Al-Qur’an dan Hadits dengan rasio (akal), (2) tergesa-gesa membuat pernyataan tanpa dasar ilmu, (3) menyebutkan satu riwayat sebagai hadits Nabi tanpa mengetahui apakah derajat riwayat tersebut sahih atau dha’if, (4) menganggap salah pendapat imam-imam mujtahid (Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal), (5) mengatakan sesuatu yang dinisbatkan pada agama Islam atas dasar hawa nafsu dan prasangka.
Ketiga, berdusta, yaitu mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan realitas yang sebenarnya. Misalnya menganggap dirinya mengetahui sesuatu, padahal dirinya tidak mengerti sama sekali.
Penyakit keempat, berghibah, yaitu menceritakan suatu hal tentang seseorang yang ia tidak sukai kepada orang lain. Atau mengungkapkan aib seseorang kepada orang lain, sehingga hal itu berkembang menjadi lebih besar (viral), padahal hal itu tidak benar.
Adapun penyakit kelima adalah mengucapkan perkataan yang batil atau diam dari kebenaran. Misalnya, karena khawatir akan nasib dirinya sendiri atas suatu keburukan yang dapat menimpanya, makai ia berusaha untuk menutupi (tidak mengungkapkannya) kepada orang lain. Padahal, jika diungkapkan dengan yang sebenarnya, maka kemashalahatan yang lebih besar bisa didapatkan. Namun, karena ketakutan, dia menutupi kebenaran yang sebenarnya.
Baca Juga:
Mbah Hasyim Asy'ari Menegur Menantunya yang Pakar Ilmu Falak
Inikah Alasan Kenapa Allah Menamakan Dirinya dengan Allah?
Lanjut.....
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook