Hikmah

Belajar dari Filosofi Kehidupan Tukang Parkir

Belajar dari Filosofi Kehidupan Tukang Parkir

Oleh Syahruddin El-Fikri

Filosofi dari tukang parkir, melatih kesabaran dalam menjaga amanah, dan senantiasa bersyukur atas apa yang telah diraih.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Setiap manusia, pasti senang bila diberi sesuatu. Dan itu adalah Sunnatullah. Apalagi, bila yang diberikan itu menyangkut harta atau kekayaan. Sebab, dengan harta atau kekayaan tersebut ia akan berupaya semaksimal mungkin untuk membahagiakan dirinya, pasangannya, anak-anaknya, dan seluruh anggota keluarganya.

Sebisa mungkin, harta dan kekayaannya itu bisa bertahan lama, sepanjang hayat bahkan hingga tujuh turunan. Untuk itu, ia akan mengelola dan memberdayakan harta atau kekayaannya itu dengan sebaik-baiknya agar terus berkembang.

Harta itu pastinya ia investasikan pada berbagai bidang supaya semakin melimpah. Ia tidak ingin harta yang sudah dimiliki itu musnah atau habis dalam waktu singkat.

Ia akan bekerja sepenuh waktu untuk menjaga dan mengembangkannya. Siang, malam, pagi, sore, dini hari, atau kapan saja, semuanya diupayakan selalu berpikir tentang harta dan kekayaan.

Baca Juga: Ingin Rezekimu Seperti Rezeki Raja-Raja, Lakukan Hal Ini

Seperti Qarun yang kekayaannya begitu melimpah, sampai-sampai gembok atau kunci pintu tempat menyimpan kekayaannya itu harus diangkat dan dijaga puluhan orang. (QS Al-Qashash: 76). Dengan bangganya ia mengatakan, seluruh harta yang ada padanya merupakan buah dari usahanya, hingga Allah kemudian membinasakannya karena kesombongannya. (QS Al-Qashash: 77-83).'

Berkaca dari kisah dan ilustrasi di atas, maka sesungguhnya harta dan kekayaan adalah ujian dari Allah kepada umat manusia. (QS Al-Baqarah [2]: 155, Ali Imran [3]: 14). Apakah dengan harta itu dia makin bersyukur, atau sebaliknya menjadi kufur (QS An-Naml [27]: 40).

Bagi orang yang beriman, harta dan kekayaan yang didapat akan menjadi jembatan untuk semakin dekat kepada Allah. Sebaliknya bagi orang-orang yang ingkar (kufur), harta kekayaan akan semakin menjauhkan mereka dari rahmat Allah.

Seandainya harta yang didapatkannya itu habis, hilang, atau dicuri orang lain, maka mereka akan merasakan kehilangan yang teramat sangat. Sedih berkepanjangan, timbul rasa marah, sesal, dan hal-hal negatif lainnya. Pun demikian yang banyak kita alami. Rasa kehilangan itu muncul karena kita merasa bahwa harta atau jabatan itu adalah milik kita, kepunyaan kita.

Baca Juga: Kisah Pemilik Dua Kebun yang Sombong

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Official Media Yayasan Rumah Berkah Nusantara, part of Republika Network. email: [email protected], Silakan kirimkan info