Tiga Cara Mudah Mengenali Keturunan Rasulullah SAW
Ciri Dzuriyat Rasul Itu Seperti Ini
Oleh Syahruddin El Fikri
Saat ini polemik masalah nasab, yang mengacu pada keturunan (dzuriyat) Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam (SAW) ramai diperbincangkan. Penulis tidak akan masuk pada ranah tersebut, yakni apakah seseorang itu dzuriyat atau bukan. Bagi penulis, yang baik maka diambil yang buruk, tinggalkan.
Siapapun dia, baik dia seorang habib (yang mengeklaim sebagai dzuriyat) maupun para ustadz, kyai, atau lainnya. Bila baik yang disampaikan, akhlaknya baik, maka penulis akan mengambilnya. Tetapi keburukan yang ditimbulkannya, siapapun dia, maka penulis akan meninggalkannya dan tak akan mengikutinya.
Seperti maqalah Arab: Khudzil 'ilma wa law min famil kalb, ambillah ilmu walaupun datangnya dari mulut seekor anjing. Yang baik, walau keluarnya dari dubur ayam (telur) maka akan penulis ambil, tetapi yang keluar dari dubur ayam selain telur, tentu tidak akan diambil.
Jadi soal nasab, penulis hanya akan berusaha mengambil yang baik-baik saja. Jika benar yang mereka sampaikan, maka ambil kebaikannya. Dan bila keburukan yang disampaikan, maka akan penulis tinggalkan.
Terkait polemik ini, penulis teringat kisah Salman Alfarisi, seorang sahabat mulia Rasulullah SAW yang berasal dari Persia. Dia dulunya mengikuti agama majusi (zoroaster) namun akhirnya dia tinggalkan, ketika berjumpa dengan pendeta Nasrani dan menjadi pengikut Nasrani.
Namun sepeninggal pendeta Nasrani, dia dijual oleh orang Yahudi, dan belajar tentang agama Yahudi. Namun, ketika dia mempelajari agama Majusi, Nasrani, dan Yahudi, tak membuatnya nyaman. Ia sempat menjadi budak Yahudi dan kemudian saat dia mendengar kabar kedatangan seseorang dari Makkah ke Maidnah (Yatsrib, saat itu), Salman penasaran.
Dalam perjalanan mempelajari agama-agama terdahulu dia mengetahui akan kedatangan nabi akhir zaman yang memiliki sejumlah ciri khusus, yakni tidak menerima sedekah, infak, dan zakat, hanya mau menerima hadiah, dan memiliki tanda kenabian di punggungnya.
Maka ketika mendengar kedatangan sosok yang diakui sebagai nabi akhir zaman itu, Salman pun ingin membuktikan kebenarannya dengan ciri-ciri yang telah diketahuinya. Suatu ketika, saat kesempatan itu tiba, Salman menawarkan sejumlah buah kepada Rasulullah SAW sebagai sedekah. Namun, buah yang ditawarkan itu langsung diberikan kepada sahabat-sahabatnya. Sementara Rasulullah SAW tak memakannya sedikitpun.