Gubernur Ini Dapat BLT
Sang Utusan
Usai dikukuhkan sebagai gubernur, Said dan istrinya berangkat dari Madinah menuju Syam (Hims). Ia menjalankan tugasnya dengan baik, penuh ketaatan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Berbulan-bulan kemudian, hingga suatu ketika Said terlilit kebutuhan yang memerlukan dana. Namun, dia sendiri tak memilikinya. Maka, dia berusaha mengendalikan kebutuhan itu dengan sabar. Dia bertawakal kepada Allah SWT atas ketentuan yang telah ditetapkan untuk dirinya. Dia sabar dan tidak serta merta mengajukan permohonan kepada khalifah, hingga kehidupannya amat sangat memprihatinkan.
Di lain kesempatan, Khalifah Umar bin Khattab kedatangan tamu dari Syam. Mereka melaporkan sejumlah kebutuhan rakyat Syam (Homs) yang berada di bawah kendali gubernur sekaligus juga kendali Khalifah Umar bin Khattab. Umar berkata kepada utusan tersebut. “Tuliskan nama-nama orang miskin yang tinggal di daerah kalian, untuk nanti kami berikan bantuan langsung tunai kepada mereka.”
Sang utusan kemudian menuliskan nama-nama mereka dan rakyat yang berada di bawah garis kemiskinan. Tak berselang lama, nama-nama itu kemudian diserahkan kepada khalifah. Dengan agak terkejut, Umar mendapati sebuah nama yang amat dikenalinya.
“Apakah ini Said bin Amir yang kalian maksud ini gubernur kalian?”
“Betul, wahai khalifah. Said bin Amir itu adalah gubernur kami, pemimpin kami,” kata mereka. “Dia hidup kesulitan ekonomi. Dan sangat fakir. Bahkan, dalam beberapa hari, terkadang tak ada kepulan asap dari rumahnya,” lanjut mereka.
Betapa kagetnya Umar bin Khattab dengan kondisi Said bin Amir. Tetapi ia juga mengaguminya. Umar menangis hingga air matanya membasahi janggutnya yang panjang.
Ia kemudian mengumpulkan uang untuk diserahkan kepada para rakyatnya, dan ia menitipkan uang sebanyak 1000 dinar dan menaruhnya dalam kantong, seraya berkata, " Kembalilah kalian ke Himsh. Sampaikanlah salamku kepada Said, dan katakan kepadanya bahwa Amirul Mukminin mengirimkan uang untuk memenuhi semua kebutuhannya."
Saat Kembali ke Syam, para rombongan tadi dating menemui Said bin Amir dan menyerahkan titipan Amirul Mukminin, Umar bin Khattab. Said bin Amir kemudian melihat kantong tersebut dan betapa kagetnya ia saat mengetahui isinya berupa uang dinar yang teramat banyak. Dia menolaknya seraya mengucapkan, "inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.”
Seakan-akan terkena musibah, istrinya datang tergopoh-gopoh sambil bertanya, "Ada apa Said? Apakah Amirul mukminin sudah wafat?” Said menjawab, "Bahkan lebih dahsyat dari itu." Istrinya bertanya lagi, "Apa yang lebih dahsyat dari itu?” Said menjawab, "Dunia sudah merasuki diriku untuk merusak akhiratku dan sekarang fitnah sudah menyebar di rumahku.”
"Kalau begitu campakkan saja," balas istrinya padahal wanita itu tidak tahu mengenai uang dinar tersebut. "Maukah kau menolongku untuk melakukannya," tanya Said. 'Ya" jawab istrinya.
Esok paginya, Said memanggil orang kepercayaannya untuk membagikan uang itu kepada para janda, anak yatim dan orang miskin yang membutuhkan. Tanpa tersisa sedikit pun. Selesai uang tersebut dibagikan, barulah istrinya memahami kata-kata Said, “Dunia telah memasuki diriku untuk merusak akhiratku.”
Begitulah, dan Said selalu berusaha untuk menjadikan dunia yang dimilikinya untuk membeli akhirat.
Berita Terkait:
Doa Awal Rajab Takkan Tertolak
Apakah Mencium Istri Membatalkan Puasa?
Lanjut baca....